Swasthi Kinarya Mandiri |
Menurut arti kata “Swasthi” berarti “selamat”, “Kinarya” berarti “berkarya”, dan "Mandiri" berarti “sendiri”. Perpaduan dari kata-kata tersebut bermakna bahwa “pilihlah jalan yang tepat (selamat) kemudian bekerjalah dengan kemampuanmu sendiri”. Dengan mengambil semboyan dari kota Bondowoso yakni “Swasthi Bhuwana Kerta”, kita berharap usaha yang kita rintis ini memang benar-benar yang terbaik dan diridho’i Allah SWT…Amiiiieen Allahumma amin.
Banyak hal yang melatarbelakangi ide pembuatan usaha ini, diantaranya adalah kondisi hidup keluarga serta tetangga yang mayoritas pengangguran produktif (maksudnya usianya masih produktif) kecuali ayah, yang hanya pensiunan swasta perkebunan, background enterpreneur mandiri yang terdoktrin sejak masa kuliah di fakultas Ekonomi, hobi jalan-jalan dan mblarah ke tempat-tempat yang belum terjamah, banyaknya nasabah/link kami yang berkecimpung dalam usaha budidaya jamur namun terkendala pada usaha pembibitan (alias hanya bisa beli bibit), serta keisengan ala McGuyver (orang bilang sih ono ono wae kowe iki le…).
Pangsa pasar jamur masih sangat terbuka lebar, coba kita telaah angka-angka berikut ini, menurut data yang dibuat oleh BPS (Badan Pusat Statistik) pada tahun 2002 tercatat sebesar 30,8kg/kapita/tahun angka konsumsi sayuran di Indonesia, sedangkan menurut FAO dengan jumlah penduduk lebih dari 200juta jiwa Indonesia seharusnya memenuhi kebutuhan akan sayuran sebesar 65 kg/kapita/tahun dan itu adalah sayuran secara global, bukan hanya jamur. Dari data tersebut saja dapat disimpulkan bahwa standar kebutuhan masyarakat Indonesia akan jamur masih jauh dari rekomendasi FAO. Itu artinya konsumsi sayuran di Indonesia masih sebesar 6,16juta ton/kapita/tahun, masih kurang 6,84juta ton/kapita/tahun untuk mencapai standar. Untuk pasar Internasional, volume ekspor jamur Indonesia mencapai 29,33juta ton pada 2000 dan menurun menjadi 16,1juta ton pada 2003. Sebaliknya volume impor yang pada 2000 hanya 1,47juta ton, pada 2003 naik menjadi 1,54juta ton. Negeri kita kan kaya potensi, kenapa harus impor untuk masalah sayur segala…Kemarin impor beras, sekarang sayur, besok impor istri…ealah
Bayangkan saja (seandainya) bila 5juta jiwa saja masyarakat kita menghasilkan 13 ton/hari, itu berarti hanya 4,74juta ton/kapita/tahun. Masih jauuuuuuuhh… jangankan 5juta jiwa petani jamur, di kota Malang saja 10.000 petani jamur mboten sampe… 13ton/hari??? Petani terbesarpun 1ton/hari masih mikir cari wangsit sampe ke kloset (Maap2 jorok yaaa…). Kalau soal harga, di kota Malang harga jamur tiram saja Rp.8.000-Rp.9.000/kg di tingkat petani, di pasaran berkisar antara Rp.10.000-Rp.12.000/kg, di Jember Rp.12.000-Rp.15.000/kg, makin ke timur di pulau Bali Rp.20.000-Rp.24.000/kg…Kita ambil rata-rata produktivitas kita 50kg saja per hari…Wow!!! 8 bulan saja pickup sekelas Mitsubishi L300 sudah di depan mata, lumayan buat angkut-angkut pesanan. Maap ya klo sok tau...hehehe
Lebih baik angka-angka itu kita buat bungkus kacang saja, belum kerja uda bikin minder. Kalaupun kita bisa mengambil hikmahnya, kita anggap saja harga sayuran (khususnya jamur) masih mahal (mati urip kok sawi…kangkung…sambel…teri). Saatnya kita buat sayuran jadi sangat terjangkau, caranya?? Budidaya…
Bismillah atas izin-Nya…Semoga berhasil…