Kamis, 30 Desember 2010

Inokulasi F2

Bibit F2 umur 1 hari
Bahan-bahan yang digunakan dalam media ini yakni:
1. Serbuk gergaji yang telah dicampur dengan kapur, bekatul, tepung jagung, gula (1kw serbuk gergaji ditambah 5kg kapur, 5kg bekatul, 15kg tepung jagung, gula 1kg) serta disiram air dengan campuran EM-4 hingga adonan mudah dikepal serta tidak hancur kemudian sudah difermentasi selama 7 hari. Selama 7 hari adonan dibolak-balik tiap 2 hari.
2. Botol bekas sambal ABC sebanyak 100 botol yang telah disterilisasi
3. Karet gelang, kapas, dan kertas koran
Cara:
1. Campuran media dimasukkan kedalam botol dan diberi sedikit ruang kira-kira sedalam jari kelingking
2. Steam media ke dalam autoclave selama 40 menit dengan suhu 120oC dan tekanan 1atm, biasanya 1 autoclave berisi 25-30botol jagung
3. Setelah sterilisasi selesai, masukkan media ke dalam entkas, media siap diinokulasikan
4. Siapkan media F1 (jagung) 1 botol saja kedalam entkas beserta botol calon bibit F2
5. Ambil 1 biji jagung pada F1 dengan pinset kemudian segera inokulasikan kedalam media F2, tutup dengan kapas dan kertas koran
6. Simpan media yang telah diinokulasikan kedalam inkubator dengan suhu kamar selama 20-30 hari
7. Setelah miselium menutupi media seluruhnya, selanjutnya tahap pembuatan F3 atau yang biasa kita kenal dengan baglog.

Inokulasi F1

Mempersiapkan bahan-bahan seperti: jagung yang sudah tua dan masih fresh from the oven alias baru petik, 20-30 botol bekas sambal ABC yang sudah steril, kapas, tali karet, dan kertas koran.

Cara:
1. Rendam jagung dalam air selama semalam
2. Keesokan harinya angkat dan tiriskan, lalu siapkan air untuk merebus jagung
3. Rebus jagung selama 1 jam, angkat dan tiriskan
4. Selanjutnya masukkan jagung kedalam botol, tutup dengan kapas
5. Media siap di pasteurisasi selama 40 menit dengan suhu 120oC dan tekanan 1atm
6. Masukkan media jagung tadi dalam entkas, eksplan siap diinokulasikan
7. Ambil bagian eksplan pada media F0 sebesar 1cm2
8. Masukkan kedalam media F1
9. Setelah botol terisi jagung, tutup dengan kapas dan bungkus dengan kertas koran
10. Media di simpan dalam inkubator dengan suhu kamar selama 20 hari

Perhatian!!! Semua kegiatan harus dilakukan di dalam entkas dan inokulasi dilakukan diatas api bunsen, sebelum memasuki entkas tangan harus steril dengan menyemprotkan alkohol 70%.
Pembibitan dikatakan berhasil bila miselium tumbuh secara merata keseluruh permukaan media tanpa ada noda selain warna putih seperti kapas. Masa inkubasi ini membutuhkan waktu sekitar 20-30 hari. Jika terlihat bintik hitam/kuning/hijau/coklat sedikit saja, dapat dikatakan bahwa percobaan kita gagal!!!

Inokulasi F0

1. Tahap awal sebelum inokulasi bibit, kita perlu mencari indukan jamur yang berkualitas, cuci bersih dengan campuran chlorin 5% dan aquades, selanjutnya ke dalam alkohol 70%. Perlu diketahui bahwa bakteri akan mati bila dilarutkan ke dalam alkohol 70% bukan 95%.
2. Iris jamur pada batangnya secara vertikal dan ambil bagian dalamnya menggunakan pinset.
3. Bagian jamur/eksplan tadi kita masukkan ke dalam media PDA yang sudah kita buat. Perhatian!!! Semua kegiatan harus dilakukan di dalam entkas dan inokulasi dilakukan diatas api bunsen, sebelum memasuki entkas tangan harus steril dengan menyemprotkan alkohol 70%.
4. Tutup botol dengan menggunakan kapas dan aluminium foil, ikat, serta simpan dalam inkubator (ruangan gelap dengan suhu kamar).

Pembibitan dikatakan berhasil bila miselium tumbuh secara merata keseluruh permukaan media tanpa ada noda selain warna putih seperti kapas. Masa inkubasi ini membutuhkan waktu sekitar 10-15 hari. Jika terlihat bintik hitam/kuning/hijau/coklat sedikit saja, dapat dikatakan bahwa percobaan kita gagal!!!
Namun jangan khawatir, karena dari 20 botol yang kita tanami eksplan, jika berhasil secara sempurna 1 botol saja, maka kita akan pensiun, betapa tidak??karena kita sudah bisa membuat 30.000 lebih baglog…Subhanallah Maha Besar Allah…

Membuat Media F0 (Farietal 0)

Bibit F0

 Untuk membuat media bibit F0 atau yang biasa disebut dengan media PDA (Potatoes Dextrose Agar), bahan-bahan yang kita perlukan adalah:
1. 200gr kentang, kupas lalu cuci hingga bersih serta potong dadu 1cm
2. 20gr Dextrose, beli di toko kimia (1kg = Rp.20.000)
3. 20gr Agar-agar bening (cap swallow, sriti, dsb.)
4. Aquades 2 liter
5. 20 botol bekas whisky




Caranya:
1. Rebus kentang dengan aquades selama 1jam atau kira-kira sampai airnya tersisa setengahnya (500ml). Angkat dan tiriskan.
2. Saring air rebusan kentang dengan penyaring khusus (diambil airnya saja), tambahkan aquades 500ml hingga air rebusan didapat 1 liter kembali, masukkan Dextrose serta agar-agar, aduk perlahan dengan kecepatan stabil sampai semua bahan tercampur.
3. Tuangkan media cair tadi kedalam 20 botol whisky steril, tutup dengan kapas dan aluminium foil.
4. Masukkan botol whisky ke dalam autoclave selama 40 menit pada suhu 120oC dan tekanan 1 atm.
5. Media yang telah dingin bisa langsung digunakan untuk inokulasi atau disimpan pada refrigerator paling lama 4 bulan.

Membuat Bibit

Tahap ini sebenarnya tidak membutuhkan biaya besar, kitapun memulainya dengan modal Rp.300.000. Hampir semua alatnya kita bisa membuatnya dengan sederhana, kecuali alat-alat tertentu yang memang butuh tingkat sterilisasi yang baik. Dalam hal ini kita hanya memerlukan entkas sederhana (kita membuatnya dari triplex melamin) ukuran 1m x 0,5m x 1m dengan bagian depan tertutup kaca 0,5cm serta bagian atas diberi lampu UV. Alat ini harus steril dan harus memiliki mesin penghisap dibagian atasnya agar udara yang tidak berguna dapat keluar dengan cepat dan ruanganpun menjadi steril.

Sebelum membuat bibit perlu kita siapkan botol bekas whisky dan sambal ABC secukupnya, di Malang botol bekas whisky Rp.100/botol, botol sambal ABC Rp.100/kg. Selanjutnya kita bersihkan seluruh kotoran yang ada dalam botol, jangan sampai ada yang tertinggal. Sambil menunggu botol selesai dibersihkan, kita didihkan air untuk kemudian digunakan merendam/menggodog botol, kurang lebih 30menit kita angkat dan tiriskan, simpan ke dalam entkas/ruang tertutup dan steril.

Langkah selanjutnya yakni mempersiapkan alat-alat yang harus ada didalam entkas, yakni: berbagai ukuran pinset, pipet, jarum suntik, skalpel, api bunsen+spiritus, kaca kecil alas memotong, kapas pembalut, alkohol 70% dan 95%, aquades, cairan chlorin (bayclin), karet gelang, potongan kertas koran, gelas ukur, botol bekas whisky, botol bekas sambal ABC. Hidupkan lampu UV beserta mesin penghisapnya…pembibitan siap!!

Membangun Kumbung jamur

Dalam hal ini tidak perlu terlalu besar, kita dapat membangun secara bertahap jika hasil yang dirasa kurang pas untuk membeli sebuah mobil pickup…he.he.he. Sebagai acuan, untuk membangun kumbung berkapasitas 2000 baglog, kita dapat mengoptimalkan ruang sebesar 4m x 5m dengan tinggi 5-6m. Triknya, kita hanya perlu membuat konstruksi rak setinggi 2,5m dengan jarak 0,5m antar raknya. Memang terlihat menyusahkan apabila kita panen nanti. Bila kepadatan baglog bagus kita dapat menyusunnya menjadi 4-5baglog, tetapi bila kurang kita dapat menyusunnya maksimal 3susun saja.

Bahan yang digunakan cukup mudah dan murah didapatkan, seperti bambu untuk penyangga dan dinding, atap dari daun tebu kering atau jerami padi, plastik bening (untuk jamur kompos), semen dan pasir untuk cor kaki-kaki bambu penyangga kumbung (digunakan agar semakin kokoh dan tidak dirambati semut atau hama pengganggu karena nantinya bisa kita beri oli bekas secukupnya.

Sirkulasi udara juga perlu diperhatikan, jangan terlalu banyak angin. Cahaya matahari pun terbatas, mungkin hanya masuk melalui sela-sela dinding/bilik bambu. Di bagian atap kita beri sedikit jendela modifikasi yang bisa kita buka dan tutup sebelum/setelah kita panen.

Persiapan Memulai Usaha

Lokasi Usaha

Lokasi yang ideal adalah yang hampir mirip dengan kondisi tempat hidup jamur di alam. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan lokasi yang ideal:
1. Suhu udara. Berdasarkan kemampuan menyesuaikan pada suhu, jamur terbagi dalam tiga golongan, yaitu psikofilik, mesofilik, dan termofilik.
Golongan psikofilik 0o-30oC
Golongan mesofilik 25o-37oC
Golongan termofilik 40o-75oC
2. Kelembaban udara. Tubuh jamur mengandung banyak air sekitar 80%, oleh karenanya kita harus menjaga kelembaban udara didalam ruangan agar tercapai pertumbuhan yang optimum misalnya dengan menyemprot air ke dasar lantai pasir atau kedinding kumbung.
3. Senyawa beracun. Hindari kontaminasi logam berat terutama raksa, timbal, tembaga, perak, seng, dan litium karena berpotensi menghambat hormon pertumbuhan.
4. Radiasi. Gelombang pendek seperti sinar UV, IR, dan Gamma mempunyai daya rusak tinggi. Oleh karenanya hindari kontak langsung dengan cahaya matahari. Cahaya maksimal yang dianjurkan ialah setara 500-2000lux atau lampu sunlight 60W.
5. Tumbuhan peneduh. Hal ini tidak harus menjadi syarat untuk menentukan lokasi apabila kita bisa memanipulasi kumbung kita, seperti menjaga kelembaban. Trik yang kita gunakan dalam hal menjaga kelembaban yakni menutup dinding kumbung dengan karung goni, setelah itu pasangkan pipa air kecil (diberi lubang sebesar paku setiap 10cm) diatas karung goni mengelilingi seluruh dinding. Saat udara panas atau kelembaban rendah, kita tinggal semprot karung goni dengan menghidupkan kran air. Cara ini terbukti ampuh!!

TipsKita

Tips menjalankan home industry jamur untuk mendapatkan keuntungan optimal!!!

1. Kuasai proses dari segala segmen usaha jamur
2. Kuasai teknis budidaya
3. Bila perlu belajar kepada yang telah berhasil
4. Belajar teliti dan bersabar (hanya perlu mengulang pelajaran biologi masa-masa SMA IPA)
5. Potong semua rantai kegiatan industri yang berpotensi menambah biaya (Overhead Cost)
6. Optimalkan barang bekas
7. Jalin kerjasama dengan pembudidaya jamur lain, kontrak bila perlu

Tentang Jamur

Jamur adalah tumbuhan tingkat rendah yang tidak berklorofil sehingga dalam memenuhi kebutuhan pangannya sangat bergantung dari luar, misalnya sebagai saprofitik atau parasitik. Sebagai saprofit, jamur dapat hidup pada sisa makhluk hidup yang telah mati seperti sampah, tumbuhan, atau kotoran hewan. Sementara sebagai parasit, jamur hidup menempel pada organisme hidup lain dan biasanya bersifat parasit.
Jamur memiliki beberapa bentuk variasi, mulai dari bersel tunggal (ragi tape), bentuk serat atau miselia (jamur tempe), bentuk tubuh buah (jamur merang, shiitake, lingzhe, atau champignon), bentuk bilah, bunga karang, payung (jamur tiram), serta bentuk bergelambir tidak beraturan (jamur kuping).
Berdasarkan tempat hidupnya, jamur dibagi menjadi 2 tempat, yakni jamur kayu dan jamur kompos.
1. Jamur Kayu

Jamur Tiram (Pleurotus Sp.), dikenal dengan sebutan oyster mushroom. Bentuk tudung jamur ini menyerupai cangkang tiram sejenis kerang dengan bagian tepi bergelombang. Jamur ini merupakan komoditi yang sangat digemari dan paling banyak dibudidayakan.

Jamur Shiitake (Lentinus Sp.), biasa dikenal dengan hioko atau chinnese black mushroom. Jamur ini mudah dibudidayakan karena dapat tumbuh di kayu gelondongan atau serbuk gergaji. Jamur shiitake dapat dikonsumsi sebagai sayuran mentah/lalapan atau dimasak.

Jamur Kuping (Auricularia Sp.), kandungan protein, vitamin, dan mineralnya cukup tinggi dan tidak mengandung kolesterol. Termasuk jenis jamur yang cukup mudah untuk mudah dibudidayakan dan dapat disimpan dalam kondisi kering.

Jamur Lingzhi (Ganoderma Sp.), jamur ini lebih dikenal sebagai jamur obat. Cina, sebagai negara yang terkenal dengan pengobatan herbalnya kerap menggunakannya sebagai ramuan obat. Oleh karena itu, tak heran bila di Cina mudah dijumpai jamur ini dalam bentuk serpihan atau bubuk yang dapat diseduh dan dikonsumsi sebagai the atau kopi.

Jamur Maitake (Grifola Sp.), seperti halnya jamur lingzhi, jamur maitake juga termasuk jamur yang berkhasiat obat dengan sebutan hens of the wood atau “ayam betina dari kayu”. Hal ini karena jamur maitake memiliki bentuk seperti jengger ayam. Ukuran jamur ini bisa sebesar bola basket.

2. Jamur Kompos

Jamur Merang (Volvariella Sp.), biasa dikenal dengan nama paddy straw mushroom. Pertama kali dibudidayakan di Cina pada tahun 1650. Jamur merang awalnya berbentuk seperti telur yang dilapisi selubung atau kulit jamur, kemudian bentuk batang bagian bawahnya berkembang menyerupai cawan, umumnya jamur merang berwarna putih kecoklatan, tetapi ada juga yang berwarna lebih gelap.

Jamur Champignon (Agaricus Sp.), biasa juga disebut button mushroom atau jamur kancing. Jamur ini pertama kali dibudidayakan di Perancis, yakni sekitar tahun 1975. Secara anatomis, bentuknya hampir sama dengan jamur merang, namun batang bawahnya berbentuk menyerupai cincin. Jamur kancing berwarna putih bersih dengan spora yang juga berwarna putih.

Kamis, 23 Desember 2010

Alat-alat Laboratorium Kultur Jaringan

1.Laminar Air Flow Cabinet
 

 















2.Entkas

 











3.Rotating Shaker















4.Autoclaf

 













5.Timbangan Analitik






 










6.Stirer


 










 
7.Centrifuge

 














8.Erlenmeyer

 












9.Gelas Ukur

 
















10.Gelas Piala


 













11.Petridish


 








12.Jarum Injeksi, Pipet, dan Spatula

 



















13.Pinset dan Skalpel

 


















14.Bunsen, Box alkohol, dan hand sprayer

 






















15.Tabung reaksi dan Corong


 













16.Refrigerator/kulkas

 











17.Almari Planlet

Tahapan Kultur Jaringan

Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan adalah:
1)    Pembuatan media
2)    Inisiasi
3)    Sterilisasi
4)    Multiplikasi
5)    Pengakaran
6)    Aklimatisasi
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan.  Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon.  Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain.  Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan.  Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca.  Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf.
Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas. 
Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan.  Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga harus steril.  
Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan.  Tabung reaksi yang telah ditanami ekplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu kamar.
Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan baik.  Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang terkontaminasi akan menunjukkan gejala seperti berwarna putih atau biru (disebabkan jamur) atau busuk (disebabkan bakteri). 
Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif. 
Keunggulan inilah yang menarik bagi produsen bibit untuk mulai mengembangkan usaha kultur jaringan ini. Saat ini sudah terdapat beberapa tanaman kehutanan yang dikembangbiakkan dengan teknik kultur jaringan, antara lain adalah: jati, sengon, akasia, dll.

Metode

Metode perbanyakan tanaman secara in vitro dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu melalui perbanyakan tunas dari mata tunas apikal, melalui pembentukan tunas adventif, dan embriogenesis somatik, baik secara langsung maupun melalui tahap pembentukan kalus. Ada beberapa tipe jaringan yang digunakan sebagai eksplan dalam pengerjaan kultur jaringan. Pertama adalah jaringan muda yang belum mengalami diferensiasi dan masih aktif membelah (meristematik) sehingga memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi. Jaringan tipe pertama ini biasa ditemukan pada tunas apikal, tunas aksiler, bagian tepi daun, ujung akar, maupun kambium batang. Tipe jaringan yang kedua adalah jaringan parenkima, yaitu jaringan penyusun tanaman muda yang sudah mengalami diferensiasi dan menjalankan fungsinya. Contoh jaringan tersebut adalah jaringan daun yang sudah berfotosintesis dan jaringan batang atau akar yang berfungsi sebagai tempat cadangan makanan.

Pengertian Kultur Jaringan

Kultur jaringan dalam bahasa asing disebut sebagai tissue culture, weefsel cultuus atau gewebe kultur. Kultur berarti budidaya, sedangkan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungi yang sama. Maka, kultur jaringan atau budidaya jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti sekelompok sel atau jaringan yang ditumbuhkan dengan kondisi aseptik, sehingga bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri tumbuh menjadi tanaman lengkap kembali.

Media Kultur Jaringan

Ada dua penggolongan media tumbuh: media padat dan media cair. Media padat pada umumnya berupa padatan gel, seperti agar, dimana nutrisi dicampurkan pada agar. Media cair adalah nutrisi yang dilarutkan di air. Media cair dapat bersifat tenang atau dalam kondisi selalu bergerak, tergantung kebutuhan. Komposisi media yang digunakan dalam kultur jaringan dapat berbeda komposisinya. Perbedaan komposisi media dapat mengakibatkan perbedaan pertumbuhan dan perkembangan eksplan yang ditumbuhkan secara in vitro. Media Murashige dan Skoog (MS) sering digunakan karena cukup memenuhi unsur hara makro, mikro dan vitamin untuk pertumbuhan tanaman.
Nutrien yang tersedia di media berguna untuk metabolisme, dan vitamin pada media dibutuhkan oleh organisme dalam jumlah sedikit untuk regulasi. Pada media MS, tidak terdapat zat pengatur tumbuh (ZPT) oleh karena itu ZPT ditambahkan pada media (eksogen). ZPT atau hormon tumbuhan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Interaksi dan keseimbangan antara ZPT yang diberikan dalam media (eksogen) dan yang diproduksi oleh sel secara endogen menentukan arah perkembangan suatu kultur.
Penambahan hormon tumbuhan atau zat pengatur tumbuh pada jaringan parenkim dapat mengembalikan jaringan ini menjadi meristematik kembali dan berkembang menjadi jaringan adventif tempat pucuk, tunas, akar maupun daun pada lokasi yang tidak semestinya. Proses ini dikenal dengan peristiwa dediferensiasi. Dediferensiasi ditandai dengan peningkatan aktivitas pembelahan, pembesaran sel, dan perkembangan jaringan.

Macam-macam Kultur Jaringan

1.Meristem Culture
Budidaya jaringan dengan menggunakan eksplan dari jaringan muda atau meristem.

2.Pollen Culture/Anther Culture
Budidaya jaringan dengan menggunakan eksplan dari pollen atau benang sari.

3.Protoplast Culture
Budidaya jaringan dengan menggunakan eksplan dari protoplas. Protoplas adalah sel hidup yang telah dihilangkan dindingnya.

4.Chloroplast Culture
Budidaya jaringan dengan menggunakan kloroplas untuk keperluan fusi protoplas (memperbaiki sifat tanaman dengan membuat varietas baru).

5.Somatic Cross/Fusi Protoplas
Budidaya jaringan dengan menyilangkan dua macam protoplas menjadi satu, kemudian dibudidayakan sampai menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat baru. Persilangan ini dapat dilakukan dengan bantuan zat kimia atau listrik.

Prinsip Kultur Jaringan

Teknik kultur jaringan memanfaatkan prinsip perbanyakan tumbuhan secara vegetatif. Berbeda dari teknik perbanyakan tumbuhan secara konvensional, teknik kultur jaringan dilakukan dalam kondisi aseptic di dalam botol kultur dengan medium dan kondisi tertentu. Karena itu teknik ini sering kali disebut kultur in vitro. Dikatakan in vitro (bahasa latin), berarti "di dalam kaca" karena jaringan tersebut dibiakkan di dalam botol kultur dengan medium dan kondisi tertentu.
Teori dasar dari kultur in vitro ini adalah Totipotensi. Totipotensi adalah kemampuan setiap sel, dari mana saja sel tersebut diambil, apabila diletakkan dalam lingkungan yang sesuai akan dapat tumbuh menjadi tanaman yang sempurna. Oleh karena itu, semua organisme baru yang berhasil ditumbuhkan akan memiliki sifat yang sama persis dengan induknya